Suatu ketika dalam sebuah perkuliahan pasca sarjana, seorang Dosen muda meminta seorang mahasiswa untuk ke depan dan menuliskan 10 nama orang yang dianggap dekat dengannya. Mulailah mahasiswa tersebut menuliskan nama-nama, mulai dari orang tua, istri, anak ( kebetulan si mahasiswa telah berkeluarga dan mempunyai anak), tetangga, teman kerja dan seterusnya. Lalu dosen tersebut memintanya untuk mencoret nama-nama dari orang yang dianggap kedekatannya masih tak terlalu erat.
Mahasiswa tersebut mulai mencoret nama-nama dari tetangga, teman kerja, teman kuliah dan seterusnya hingga tersisa tiga. Namun dosen masih meminta mencoret diantara ketiga nama tersebut, dan dengan sedih sekali ia mencoret nama orang tuanya, dan tinggallah nama anak dan istrinya,
dan dosenpun meminta memilih diantaranya yang paling dekat. Mahasiswa tersebut ragu…ragu, sedih .. hingga meneteskan air mata, dan ia memilih mencoret nama anaknya dan menyisakan nama istri yang disisakan dan dianggap paling dekatdan dicintai. Dosen bertanya ” mengapa diantara anak, istri dan orang tua, kamu memilih yang terdekat adalah istri..?”. Sang mahasiswa menjelaskan,” orang tua adalah orang yang dekat dan perantara adanya saya, namun betapapun cinta saya pada orang tua, suatu saat sayaMahasiswa tersebut mulai mencoret nama-nama dari tetangga, teman kerja, teman kuliah dan seterusnya hingga tersisa tiga. Namun dosen masih meminta mencoret diantara ketiga nama tersebut, dan dengan sedih sekali ia mencoret nama orang tuanya, dan tinggallah nama anak dan istrinya,
harus berpisah darinya, mungkin karena menikah atau beliau lebih dulu dipanggil Sang Pencipta. Sedang anak adalah darah daging saya, maka sungguh tak terkirakan cinta saya padanya. Namun juga kelak aku harus berpisah dengan mereka, karena juga akan pindah atau menikah. Jadi istriku yang tersisa yang akan menemaniku selalu “. Mendengar penjesannya, yang hadir di kelas perkuliahan tersebut terharu dan banyak meneteskan air mata. Dosen muda itupun terkagum dengan tulus sayangnya mahasiswa tersebut pada istrinya dan berkatalah ” Sungguh berbahagialah seorang istri yang memiliki suami seperti anda “.
Di saat itu juga ia melihat seorang mahasiswa sedang asyik dengan telepon genggamnya.Maka ia memintanya untuk maju dan bertanya ” Anda sedang apa tadi..? “. Mahasiswa itu menjawab ” sedang update facebook bu..”.
” OK sekarang anda juga lakukan seperti teman anda tadi..”.
Maka mulailah ia menulis nama-nama orang yang yang dikasihi dan dianggap dekat. Namun setiap Dosen muda itu meminta mencoret nama yang dianggap kurang penting, namun mahasiswa itu bukannya mencoret nama sebaliknya menambahkan nama-nama.
“Mengapa anda lakukan itu ..?” tanya sang Dosen
Mahasiswa itu membuka akun facebooknya. Ia perlihatkan sebuah photo dirinya di facebook itu, lalu photo itu ditandai (tag ) ke beberapa temannya. Lalu ia berkata ” saya punya satu photo, lalu saya bagikan ke 10 orang termasuk ibu Dosen. apakah ada yang hanya menerima gambar mata saja, atau hidung saja, atau kaki saja..? bukankah semua mendapatkan photo saya secara utuh ? dan sayapun masih punya photo tersebut tanpa kurang sedikitpun.itulah cinta saya , kasih sayang saya, kedekatan saya. Jadi kedekatan saya pada teman saya, tak harus menjauhkan saya dengan orang tua saya , cinta saya dengan istri saya tidak harus mencoret kasih sayang sayang untuk anak saya. karena cinta itu frekwensi, bukan materi, cinta itu software buka hardware .Jadi saya tidak mungkin mencoret orang-orang yang mengasihi saya dari kasih sayang saya untuknya”. Dosen muda itupun hanya terpaku dengan jawaban mahasiswa tersebut yang semula ia anggap menjengkelkan. Hingga suatu saat ia mengirim pesan ke akun facebook mahasiswa tersebut dan menulisnya ” setelah beberapa kali aku lihat photo kamu, ternyata kamu manis juga ya…”. Dan mahasiswa itupun menjawab singkat ” sungguh celakalah seorang istri yang memiliki seorang suami facebooker sepertiku “.
Belum ada tanggapan untuk "Dosen, Mahasiswa & Facrbook"
Post a Comment